Sabtu, 02 November 2013

Meski sempat surplus, neraca perdagangan akan kembali defisit



Meski sempat surplus, neraca perdagangan akan kembali defisit

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) pesimis memperkirakan peluang mempertahankan surplus neraca perdagangan seperti Agustus lalu. Pantauan bank sentral menunjukkan, besar kemungkinan data dua bulanan ekspor-impor yang memotret kondisi September akan kembali terperosok.
Penyebab utamanya justru impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diklaim pemerintah mulai turun selepas ada penyesuaian harga jual tiga bulan lalu.
"Impor bahan bakar minyak pada September masih terlihat tinggi. Jadi, neraca perdagangan dikhawatirkan mungkin kembali defisit," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat bertandang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/10).
Selanjutnya, ancaman defisit neraca perdagangan itu merembet pada akun neraca transaksi berjalan yang diperkirakan akan berada di kisaran 3,3 hingga 3,5 persen, khusus triwulan III tahun ini. Setidaknya, menurut Agus, sudah ada perbaikan dibanding kondisi pada triwulan II.
"Kami lihat transaksi berjalan di kuartal ketiga ini lebih baik dibanding kuartal kedua," ungkapnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengklaim pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan III lebih rendah, dibanding periode sebelumnya. Data pemerintah menyebut peningkatan konsumsi premium dan solar lebih rendah dibanding kisaran 6-8 persen di Semester pertama tahun ini.
"Terjadi penghematan konsumsi besar BBM kita. Kenaikan harga BBM waktu itu memperbaiki fiskal kita, cara mengonsumsi BBM kita dan ada kesadaran baru penghematan itu penting," kata Hatta awal bulan lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor sepanjang Agustus lalu menurun 12,77 persen dibanding bulan sebelumnya dengan nilai USD 15,08 miliar. Rupanya, besaran impor turun lebih besar mencapai 25,2 persen dibanding Juli 2013, senilai USD 13 juta. Imbasnya, neraca perdagangan Agustus 2013 surplus USD 132,4 juta.

Tanggapan:
BI pesimis memperkirakan mempertahankan surplus neraca perdagangan. Penyebab utamanya adalah impor BBM. Selanjutnya ancaman deficit akan merembet pada akun neraca transaksi berjalan yang berada di kisaran 3,3-3,5 persen.sebaiknya ini harus di perbaiki supaya neraca perdagangan dan neraca transaksi tidak terlalu deficit lebih jauh lagi terutama dalam impor BBM. Pemerintah harus memikirkan mateng-mateng dalam mengimpor minyak dan memberikan solusi dalam mengurangi impor BBM yang menjadi factor utama yang menyebabkan deficit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar